BIMBINGAN KONSELING DAN
PERILAKU SISWA
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan merupakan hal yang sangat efektif
untuk mengembangkan kemampuan serta mutu kehidupan dan martabat manusia. Hal
tersebut selaras dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional di dalam
Undang-Undang sistem Pendidikan Nasional (Undang-Undang RI, No. 20, Tahun 2003,
2003: Bab II Pasal 3). Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia yang seutuhnya, yaitu manusia yang
beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi luhur, memiliki
pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang
mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan (Ketut Sukardi, 2001: 28).
Pendidikan merupakan
institusi pembinaan anak didik yang memiliki latar belakang sosial budaya dan
psikologis yang berbeda dalam mencapai maksud dan tujuan pendidikan. Banyak
anak yang menghadapi masalah dan sekaligus mengganggu tercapainya tujuan-tujuan
pendidikan. Masalah yang dihadapi sangat beraneka ragam, diantaranya, masalah
pribadi, sosial, ekonomi, agama, dan moral serta belajar dan vokasional.
Masalah-masalah tersebut seringkali menghambat kelancaran proses belajar dan
perkembangan perilaku anak didik (Latipun, 2001: 181).
Pada masyarakat yang
semakin maju, masalah penentuan identitas atau jati diri pada individu menjadi
semakin rumit. Hal ini disebabkan oleh tuntutan masyarakat maju pada
anggota-anggotanya menjadi lebih berat. Persyaratan untuk dapat diterima menjadi anggota masyarakat bukan saja
kematangan fisik, melainkan juga kematangan mental, psikologis, kultural,
vokasional, intelektual dan religius. Kerumitan ini akan terus meningkat pada
masyarakat sedang membangun sebab perubahan cepat yang terjadi pada masyarakat dan
semakin derasnya arus globalisasi komunikasi, akan merupakan tantangan pula
bagi individu atau peserta didik. Keadaan seperti inilah yang menuntut
diadakannya bimbingan dan konseling di sekolah (Dewa Ketut Sukardi, 2000: 1).
Bimbingan dan
konseling merupakan salah satu komponen dari pendidikan kita. Mengingat bahwa
bimbingan dan konseling merupakan suatu kegiatan bantuan dan tuntunan yang
diberikan kepada individu pada umumnya, dan siswa pada khususnya di sekolah
dalam rangka meningkatkan mutunya. Hal ini sangat relevan jika dilihat dari
perumusan bahwa pendidikan itu merupakan usaha sadar yang bertujuan untuk
mengembangkan kepribadian dan potensi-potensinya (bakat, minat dan kemampuan).
Kepribadian masyarakat menyangkut masalah perilaku atau sikap mental dan
kemampuannya meliputi masalah akademik dan ketrampilan.
Lembaga pendidikan
yang disebut Madrasah Tsanawiyah adalah madrasah dengan ciri khas agama Islam
yang diselenggarakan oleh Departemen Agama. Di Madrasah Tsanawiyah diadakan
bimbingan dan konseling untuk mencapai kesejahteraan siswa.
Dalam
perkembangannya anak didik sebagai individu sedang dalam proses berkembang atau
menjadi (become) yaitu berkembang ke arah kematangan atau kemandirian.
Untuk mencapai kematangan tersebut, anak didik memerlukan bimbingan karena
mereka masih memiliki pemahaman atau wawasan tentang dirinya dan lingkungannya
juga pengalaman dalam menentukan arah kehidupannya. Disamping terdapat suatu
keniscayaan bahwa proses perkembangan individu tidak berlangsung secara mulus
atau steril dari masalah (Syamsu Yusuf, 2000: 209).
Perkembangan
kemampuan siswa secara optimal untuk berkreasi, mandiri, bertanggung jawab dan memecahkan masalah
merupakan tanggung jawab yang besar dari kegiatan pendidikan. Oleh karena itu
pemahaman potensi pribadi sangat penting untuk perkembangan siswa sebagai
manusia yang utuh jasmani dan rohaninya, dapat hidup dan berkembang secara
wajar dan normal. Di samping itu dalam perkembangannya siswa seringkali
menghadapi masalah yang tidak mampu dipecahkan sendiri. Untuk membantu proses
perkembangan pribadi dan mengatasi
masalah yang dihadapi seringkali siswa memerlukan bantuan profesional dan
sekolah harus dapat menyediakan layanan profesional yang dimaksud dengan
layanan bimbingan dan konseling (Prayitno dan Erma Nanti, 1999: 4).
Bimbingan merupakan
bantuan khusus yang diberikan kepada anak didik dengan memperhatikan
kemungkinan-kemungkinan dan kenyataan-kenyataan tentang adanya kesulitan yang
dihadapinya dalam rangka perkembangan yang optimal, sehingga mereka dapat
memahami diri dan bertindak serta bersikap sesuai dengan tuntutan dan
keadaan lingkungan sekolah, keluarga dan
masyarakat.
Bimbingan dan
konseling ini sebagai wadah untuk mengarahkan remaja untuk menjadi lebih baik
dan kreatif. Pelayanan bimbingan merupakan bagian integral dari keseluruhan
kegiatan sekolah dan telah dilaksanakan sejak kurikulum 1975, yang baru ialah
bahwa dalam kurikulum pendidikan Dasar, landasan program dan pengembangan
(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1993) secara eksplisit dinyatakan bahwa
pelayanan bimbingan ini mencakup juga bimbingan bagi siswa yang memiliki
kemampuan dan kecerdasan yang luar biasa (Utami Munandar, 1999: 268).
Proses perkembangan
itu tidak selalu berjalan dengan mulus atau searah dengan potensi, harapan, dan
nilai-nilai yang dianut karena banyak faktor yang menghambatnya. Faktor
penghambat yang bersifat eksternal yaitu berasal dari lingkungan yang kurang
kondusif. Ini bisa menjadikan perilaku yang menyimpang pada remaja/anak didik.
Iklim lingkungan yang tidak sehat ini, cenderung menimbulkan dampak yang kurang
baik bagi perkembangan anak didik dan sangat mungkin akan mengalami kehidupan
yang tidak nyaman stress dan depresi. Dalam kondisi yang seperti ini, banyak
remaja atau anak didik yang merespon dengan sikap dan perilaku menyimpang dan
bahkan amoral, seperti komunitalitas, meminum minuman keras, penyalah gunaan
obat terlarang, tawuran dan pergaulan bebas (Syamsu Yusuf, 2000: 210).
Permasalahan yang
dialami anak didik di sekolah seringkali tidak dapat dihindari, meski dengan
pengajaran yang baik sekalipun. Hal ini terlebih lagi disebabkan karena
sumber-sumber permasalahan siswa tidak hanya terletak di dalam sekolah. Apalagi
misi sekolah adalah menyediakan pelayanan yang luas secara efektif untuk membantu anak didik
mencapai tujuan perkembangannya dan mengatasi permasalahannya, maka segenap
kegiatan dan kemudahan yang diselenggarakan sekolah perlu diarahkan ke sana. Di
sinilah dirasakan perlunya pelayanan bimbingan dan konseling di samping
pengajaran. Dalam tugas pelayanan yang luas, bimbingan dan konseling di sekolah
adalah pelayanan untuk semua siswa murid yang mengacu pada keseluruhan
perkembangan anak didik.
B.
Perumusan Masalah
1.
Apa pengertian bimbingan dan
konseling?
2.
Sebutkan fungsi, tujuan dan asas-asas bimbingan dan
konseling ?
3.
Sebutkan faktor-faktor yang
mempengaruhi bimbingan dan konseling?
4.
Sebutkan bidang dan jenis-jenis
bimbingan konseling?
1.
Pengertian Bimbingan dan Konseling
Dalam kehidupan manusia mempunyai berbagai
masalah yang selalu membuatnya terpuruk dalam permasalahan. Ini disebabkan
karena manusia sebagai mahluk sosial yang selalu ingin bergaul dengan siapa
saja. Diantara mereka mempunyai kepribadian atau sifat yang berbeda, sehingga
banyak permasalahan yang mempengaruhi kehidupannya.
Permasalahan yang terjadi menimpa
pada semua kalangan, khususnya para remaja. semua permasalahan yang terjadi ini
harus dipecahkan. Kalau tidak segera dipecahkan masalah-masalah tersebut dapat
menghambat kelancaran proses belajar dan perkembangan anak didik meskipun
masalah yang dihadapi tidak ada kaitannya dengan kegiatan akademik dalam
penyelenggaraan pendidikan, khususnya bagi tenaga pendidikan. Selain itu
pengaruh pelaksanaan bimbingan dan konseling adalah sebagai pembinaan perilaku
anak didik sehingga berhasil sebagaimana diharapkan dalam perkembangannya.
Pengertian
Bimbingan
Bimbingan menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah petunjuk (penjelasan) cara mengerjakan sesuatu tuntunan
pimpinan (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994: 133).
Sedang
berdasarkan pasal 27 Peraturan Pemerintah No. 29/1990, bimbingan adalah bantuan
yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal
lingkungan dan merencanakan masa depan (Dewa Ketut Sukardi, 2000: 18).
Menurut Rahman Natawidjaya (1978) bimbingan
adalah proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara
berkesinambungan supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sendiri
sehingga ia sanggup mengarahkan dirinya dan bertindak secara wajar, sesuai
dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah., keluarga, dan masyarakat serta
kehidupan pada umumnya. Dengan demikian, dia akan dapat menikmati kebahagiaan
kehidupan masyarakat pada umumnya. Bimbingan membantu individu mencapai
perkembangan diri secara optimal sebagai makhluk sosial (Dewa Ketut Sukardi,
2000: 19).
Sedangkan pakar yang lain menyatakan bahwa
bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli
kepada seorang atau beberapa orang individu baik anak-anak, remaja maupun
dewasa, agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri
dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat
di kembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Dari beberapa pengertian bimbingan yang
dikemukakan oleh para ahli itu, maka bimbingan merupakan :
Suatu proses
yang berkesinambungan
Memberikan
bantuan kepada individu
Bantuan yang diberikan itu dimaksudkan agar
individu yang dapat memahami keadaan dirinya dan mampu mengembangkan dirinya
secara optimal sesuai dengan kemampuan dan potensinya
Kegiatan yang bertujuan utama memberikan
bantuan agar individu dapat memahami keadaan dirinya dan mampu menyesuaikan
diri dengan lingkungannya
Pengertian Konseling
Konseling berasal dari kata counsel
yang diambil dari bahasa latin yaitu consilium yang artinya “bersama” atau “bicara bersama”. Pengertian berbicara
bersama, dalam hal ini adalah pembicaraan konselor (counselor) dengan
seseorang atau beberapa klien (counselee) (Priyatno dan Erma Nanti,1999:
99).
Atau dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
konseling adalah pemberian bimbingan oleh yang ahli pada seseorang dengan
menggunakan pendekatan psikologis atau proses pemberian bantuan oleh konselor
kepada konsele sedemikian rupa sehingga pemahan terhadap kemampuan diri sendiri
meningkat dalam memcahkan berbagai masalah
(Departermen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994: 519).
.
Menurut Edwin C. Lewis (1970) konseling
adalah suatu proses dimana orang yang bermasalah (klien) dibantu secara pribadi
untuk merasa dan berperilaku yang lebih memuaskan melalui interaksi dengan
seseorang yang tidak terlibat (konselor) yang menyediakan informasi dan
reaksi-reaksi yang merangsang klien untuk mengembangkan perilaku-perilaku yang
memungkinkannya berhubungan secara lebih efektif dengan diri dan lingkungannya
(M. Hamdani Bakran Adz-Dzaki, 2002: 179).
Sedangkan pakar yang lain menyetakan bahwa
konseling adalah suatu upaya bantuan yang diberikan kepada konsele supaya dia
memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri sendiri. Untuk dimanfaatkan olehnya
dalam memperbaiki tingkah lakunya pada masa yang akan datang.
Dari beberapa pengertian konseling yang
dikemukakan para ahli itu, maka konseling merupakan :
Konseling merupakan proses interaksi antara
dua orang individu, masing-masing disebut konselor dan klien.
Dalam proses pemberian bantuan.
Dilakukan dalam suasana profesional.
Berfungsi dan bertujuan sebagai alat (wadah)
untuk memudahkan perubahan tingkah laku klien.
2. Fungsi, Tujuan dan
Asas-asas Bimbingan dan Konseling
Fungsi
Bimbingan dan Konseling
Fungsi bimbingan dan konseling
ditinjau dari kegunaan atau manfaat ataupun keuntungan-keuntungan apa yang
diperoleh melalui pelayanan tersebut. Adapun layanan tersebut adalah sebagai
berikut :
1) Pencegahan (preventif)
Layanan
bimbingan dapat berfungsi pencegahan artinya merupakan usaha pencegahan
terhadap timbulnya masalah. Dalam fungsi pencegahan ini layanan yang diberikan
berupa bantuan bagi para siswa agar terhindar dari berbagai masalah yang dapat
menghambat perkembangannya. Kegiatan yang berfungsi pencegahan dapat berupa
program orientasi, program bimbingan karier, inventarisasi data dan sebagainya.
2)
Fungsi Pemahaman
Fungsi pemahaman yang dimaksud adalah
fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu
oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan keperluan pengembangan siswa, pemahaman
ini mencakup :
a)
Pemahaman tentang diri siswa,
terutama oleh siswa sendiri, orang tua, guru dan guru pembimbing.
b)
Pemahaman tentang lingkungan
siswa (termasuk di dalamnya lingkungan keluarga dan sekolah) terutama oleh
siswa sendiri, orang tua, guru dan guru pembimbing..
c)
Pemahaman tentang lingkungan
yang lebih luas (termasuk di dalamnya informasi pendidikan, jabatan/ pekerjaan
dan karier dan informasi budaya/ nilai-nilai) terutama oleh siswa.
3)
Fungsi Perbaikan
Walaupun fungsi pencegahan dan
pemahaman telah dilaksanakan, namun mungkin saja siswa masih menghadapi
masalah-masalah tertentu. Disinilah fungsi perbaikan itu berperan, yaitu fungsi
bimbingan dan konseling yang akan mengahasilkan terpecahnya atau teratasinya berbagao
permasalahan yang dialami siswa.
4) Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan
Fungsi ini berarti bahwa layanan
bimbingan dan konseling yang diberikan dapat membantu para siswa dalam
memelihara dan mengembangkan keseluruhan pribadinya secra mantab, terarah dan
berkelanjutan. Dalam fungsi ini hal-hal yang dipandang positif dalam rangka
perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan.
Tujuan
Bimbingan dan Konseling
Tujuan umum dari layanan bimbingan
dan konseling adalah sesuai dengan tujuan pendidikan. Sebagaimana dinyatakan
dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) tahun 1989 (UU No.
2/1989) yaitu terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya yang cerdas, yang beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan
dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan
mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan. Sedang tujuan yang lain
adalah sebagai berikut :
1) Untuk membantu
individu membuat pilihan-pilihan, penyesuaian-penyesuaian dan
integrasi-integrasi dalam hubungannya dengan situasi-situasi tertentu (Hamrin
dan Clifford, dalam Jones, 1951).
2) Untuk memperkuat fungsi-fungsi pendidikan
(Bradshow, dalam Mc Daniel, 1956).
3) Untuk membantu orang-orang menjadi insan yang
berguna, tidak hanya sekedar mengikuti kegiatan-kegiatan yang berguna saja
(Ticdeman, dalam Bernard dan Fullmer, 1969) (Priyatno dan Erma Nanti, 1999:
112).
Secara
khusus layanan bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu siswa agar
dapat mencapai tujuan-tujuan perkembangan meliputi aspek pribadi-sosial,
belajar dan karier. Bimbingan pribadi-sosial dimaksudkan untuk mencapai tujuan
dan tugas perkembangan pribadi-sosial dalam mewujudkan pribadi yang taqwa,
mandiri dan bertanggung jawab. Bmbingan belajar dimaksudkan untuk mencapai
tujuan dan tugas perkembangan pendidikan. Bimbingan karier dimaksudkan untuk
mewujudkan pribadi pekerja yang produktif.
Asas-asas
Bimbingan dan Konseling
Dalam penyelenggaraan layanan
bimbingan dan konseling di sekolah hendaknya selalu mengacu pada asas-asas
bimbingan dan konseling. Menurut Prayitno ada 12 (dua belas) asas yang harus
menjadi dasar pertimbangan dalam dalam kegiatan bimbingan dan konseling.
Asas-asas bimbingan dan konseling diantaranya adalah sebagai berikut :
1) Asas Kerahasiaan
Asas kerahasiaan merupakan asas kunci
dalam upaya bimbingan dan konseling, karena masalah klien harus dijaga
kerahasiaannya secara penuh agar menimbulkan rasa aman dalam diri klien dan
akan menghilangkan rasa khawatir klien terhadap adanya keinginan konselor/ guru
pembimbing untuk menyalahgunakan rahasia dan kepercayaan yang telah diberikan
kepadanya, sehingga merugikan klien.
2)
Asas Kesukarelaan
Layanan bimbingan dan konseling bukan
merupakan suatu paksaan, maka dalam bimbingan dan konseling diperlukan adanya
kerjasama yang demokratis antara konselor dengan kliennya. Kerjasama akan
terjalin bilamana klien dapat dengan sukarela menceritakan serta menjelaskan
masalah yang dialaminya kepada konselor.
3)
Asas Keterbukaan
Bimbingan dan konseling yang efesien
hanya berlangsung dalam suasana keterbukaan. Dalam bimbingan dan konseling yang
bersangkutan harus harus bersedia membuka diri untuk kepentingan pemecahan
masalah yang dimaksud.
4) Asas Kekinian
Masalah
klien langsung ditanggulangi melalui upaya bimbingan dan konseling ialah
masalah-masalah yang sedang dirasakan kini.
Asas
Kemandirian
Dalam memberikan layanan hendaknya para petugas selalu
berusaha menghidupkan kemandirian pada diri klien, janganlah klien menjadi
tergantung orang lain khususnya pembimbing.
Asas
Kedinamisan
Usahan pelayanan bimbingan dan konseling menghendaki
terjadinya perubahan pada diri klien yaitu perubahan tingkah laku ke arah yang
lebih baik. Perubahan itu selalu menuju kesuatu pembaharuan, sesuatu yang lebih
maju, dinamis sesuai dengan arah perkembangan klien yang dikehendaki.
Asas Kegiatan
Usaha bimbingan dan konseling tidak akan memberikan
hasil yang berarti bila klien tidak melakukan sendiri kegiatan dalam mencapai
tujuan bimbingan dan konseling. Hasil usaha bimbingan dan konseling tidak akan
tercapai dengan sendirinya, melainkan harus kerja giat dari klien sendiri.
Asas
Keterpaduan
Pelayanan bimbingan dan konseling berusaha memadukan
berbagai aspek kepribadian klien, karena individu yang dibimbing itu memiliki
berbagai segi kalau keadaannya tidak serasi dan terpadu akan justru menimbulkan
masalah. Di samping keterpaduan pada diri individu yang dibimbing, juga
diperhatikan keterpaduan isi dan proses layanan yang diberikan.
Asas
Kenormatifan
Usaha bimbingan dan konseling tidak boleh bertentangan
dengan norma-norma yang berlaku, baik ditinjau dari norma agama, norma adat,
norma hukum, norma ilmu maupun kebiasaan sehari-hari. Asas kenormatifan ini
diterapkan terhadap isi maupun proses penyelenggaraan bimbingan dan konseling.
Seluruh isi layanan harus sesuai dengan norma-norma yang ada. Demikian juga
prosedur, teknik dan peralatan yang dipakai tidak menyimpang dari norma yang
dimaksudkan.
Asas Keahlian
Usaha bimbingan dan konseling perlu dilakukan secara
teratur, sistematik dan dengan mempergunakan teknik serta alat yang memadai.
Untuk itu para petugas perlu mendapatkan latihan yang memadai, sehingga dengan
itu akan dicapai keberhasilan usaha pemberian layanan.
Asas Alih
Tangan
Asas ini mengisyaratkan bahwa bila seorang petugas bimbingan
dan konseling sudah mengarahkan segenap kemampuannya untuk membantu klien,
namun belum dapat terbantu sebagaimana diharapkan, maka petugas itu mengalih
tangankan klien tersebut kepada petugas atau badan lain yang lebih ahli.
Disamping itu asas ini juga menasehatkan agar petugas bimbingan dan konseling
hanya menangani masalah-masalah klien sesuai dengan kewenangan petugas yang
bersangkutan. Setiap masalah hendaknya ditangani oleh ahli yang berwenang.
Asas Tut Wuri
Handayani
Asas ini menunjukkan pada suasana umum yang hendaknya
tercipta dalam rangka hubungan keseluruhan antara konseler dan klien.
Lebih-lebih di lingkungan sekolah, asas ini makin dirasakan keperluannya dan
bahkan perlu dilengkapi dengan “Ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun
karso”. Asas ini menuntut agar pelayanan bimbingan dan konseling tidak hanya
dirasakan pada waktu klien mengalami masalah dan menghadap konselor saja, namun
di luar hubungan proses bantuan bimbingan dan konselingpun hendaknya dirasakan
adanya dan manfaatkan pelayanan bimbingan dan konseling itu (M. Arifin dan Etty
Kartikawati, 1998: 51).
3. Faktor
yang Mempengaruhi Adanya Bimbingan dan Konseling
Faktor
Perkembangan Pendidikan
Faktor perkembangan dan pendidikan
ditemukan pada kenyataan-kenyataan yang menunjukkan perlunya layanan bimbingan
dan konseling dalam pendidikan.
Demokratisasi
pendidikan.
Perubahan
sistem pendidikan.
Perluasan
program pendidikan.
Faktor Sosio
Kultural
Faktor sosio kultural, timbul semacam
kesadaran tentang kemungkinan besarnya pengaruh perubahan-perubahan dan
masalah-masalah yang timbul sebagai akibat dari perkemangan zaman dan kemajuan
masyarakat terhadap produk suatu lembaga pendidikan. Perkembangan zaman banyak
menimbulkan perubahan dan kemajuan dalam berbagai segi kehidupan masyarakat.
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga dipandang telah menimbulkan perubahan dalam
berbagai segi kehidupan, seperti segi sosial, ekonomi, politik dan sebagainya.
Faktor
Psikologis
Ditinjau dari segi psikologis,
sebenarnya peserta didik adalah pribadi yang sedang berkembang menuju kemasa
kedewasaannya. Proses perkembangan itu dipengaruhi oleh pembawaan dan
pematangan, sedangkan dari luar dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Perkembangan dapat berhasil dengan baik jika kedua faktor tersebut saling
melengkapi. Untuk mencapai perkembangan yang baik dan optimal harus ada asuhan
terarah (Hallen A, 2002: 31).
4. Bidang
dan Jenis-jenis Bimbingan dan Konseling
Bidang
Bimbingan dan Konseling
Bidang bimbingan dan konseling
mencakup seluruh upaya bantuan yang meliputi :
Bidang
Bimbingan Pribadi-Sosial
Dalam bimbingan pribadi, membantu siswa menemukan dan
mengembangkan pribadi yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
mantap dan mandiri serta serta sehat jasmani dan rohani. Dalam bidang bimbingan
dan sosial membantu siswa mengenal dan berhubungan lingkungan sosial yang
dilandasi budi pekerti luhur, tanggung jawab kemasyarakatan dan kenegaraan.
Bidang
Bimbingan Belajar
Dalam bidang bimbingan belajar, membantu siswa
mengembangkan diri, sikap dan kebiasaan belajar yang baik untuk menguasai
pengetahuan dan ketrampilan serta menyiapkannya melanjutkan pendidikan pada
tingkat yang lebih tinggi.
Bidang
Bimbingan Karier
Dalam bidang pendidikan karier, membantu siswa
merencanakan dan mengembangkan masa depan karier (Dewa Ketut Sukardi, 2000: 41).
Jenis-jenis
Layanan Bimbingan dan Konseling
Layanan
Orientasi
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan
peserta didik dan pihak-pihak lain yang dapat memberikan pengaruh yang besar
terhadap peserta didik untuk memahami lingkungan yang baru dimasuki peserta
didik, untuk mempermudah dan memperlancar berperannya peserta didik
dilingkungan yang baru ini.
Layanan
Informasi
Yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan peserta didik
dan pihak-pihak lain yang dapat memberikan pengaruh yang besar kepada peserta
didik untuk menerima dan memahami informasi yang dapat dipergunakan sebagai
bahan pertimbangan danpengambilan keputusan sehari-hari sebagai pelajar,
anggota keluarga dan masyarakat.
Layanan
Penempatan dan Penyaluran
Yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan peserta didik
memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat sesuai dengan potensi, bakat
dan minat serta kondisi pribadi.
Layanan
Bimbingan Belajar
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan
peserta didik mengembangkan diri berkenaan dengan sikap dan kebiasaan belajar
yang baik, materi belajar yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya,
serta berbagai aspek tujun dan kegiatan belajar lainnya, sesuai dengan
perkembangan ilmu, teknologi dan kesesuaian.
Layanan
Konseling Perorangan
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkin
peserta didik mendapatkan layanan langsung secara tatap muka dengan guru
pembimbing/ konselor dalam rangka pembahasan dan pengentasan permasalahannya.
Layanan
Bimbingan Kelompok
Yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan sejumlah
peserta didik secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari nara sumber
tertentu yang berguna untuk menunjang kehidupannya sehari-hari baik sebagai
individu maupun pelajar, anggota keluarga dan masyarakat serta untuk
pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
Layanan
Konseling Kelompok
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan
peserta didik memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan
permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok (Dewa Ketut Sukardi,
2000: 45).
C.
Kesimpulan
Jadi, dari pembahasan tersebut dapat
di simpulkan bahwa pendidikan merupakan institusi pembinaan anak didik yang
memiliki latar belakang sosial budaya dan psikologis yang berbeda dalam mencapai
maksud dan tujuan pendidikan. Banyak anak yang menghadapi masalah dan sekaligus
mengganggu tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Masalah yang dihadapi sangat
beraneka ragam, diantaranya, masalah pribadi, sosial, ekonomi, agama, dan moral
serta belajar dan vokasional. Masalah-masalah tersebut seringkali menghambat
kelancaran proses belajar dan perkembangan perilaku anak didik.
Bimbingan dan
konseling merupakan salah satu komponen dari pendidikan kita. Mengingat bahwa
bimbingan dan konseling merupakan suatu kegiatan bantuan dan tuntunan yang
diberikan kepada individu pada umumnya, dan siswa pada khususnya di sekolah
dalam rangka meningkatkan mutunya. Hal ini sangat relevan jika dilihat dari
perumusan bahwa pendidikan itu merupakan usaha sadar yang bertujuan untuk
mengembangkan kepribadian dan potensi-potensinya (bakat, minat dan kemampuan).
Kepribadian masyarakat menyangkut masalah perilaku atau sikap mental dan
kemampuannya meliputi masalah akademik dan ketrampilan.
D.
Penutup
Dengan memanjatkan Puji Syukur
kehadirat Allah SWT atas rahmatnya, serta pertolongan-Nya lah maka penulisan
makalah ini dapat terselesaikan.
Tidak lupa penulis ucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulisan makalah ini dari tahap
awal sampai selesai, dimana banyak sumbangan pemikiran yang penulis terima,
baik itu dalam bentuk diskusi, informasi, buku maupun dalam bentuk yang lain.
Sungguhpun demikian, penulis
menyadari betul akan keterbatasan kemampuan yang ada pada penulis, maka sudah
tentu ada beberapa hal yang menjadi titik lemah. Maka dari itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari siapa saja guna perbaikan isi
makalah ini.
Akhirnya, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka,
Jakarta, 1994.
Dewa Ketut
Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah,
Rineka Cipta, Jakarta, 2000.
Hallen A, Bimbingan dan
Konseling, Ciputat Pers, Jakarta, 2002.
Ketut Sukardi,
Pengantar Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Rineka Cipta,
Jakarta, 2001.
Latipun, Psikologi
Koseling, Universitas Muhammadiyah Malang, 2001.
M. Arifin dan
Etty Kartikawati, Modul Melalui Pokok Bimbingan dan Konseling, Muhammad
Zuhaili, Pentingnya Pendidikan Islam Sejak Dini, Ba’adillah Press,
Jakarta, 2002.
M. Hamdani
Bakran Adz-Dzaki, Konseling dan Psikoterapi Islam, Fajar Pustaka Baru,
Yogyakarta, 2002.
Prayitno dan
Erma Nanti, Dasar-dasar Bimbingan dan Koseling, Rineka Cipta, Jakarta,
1999.
Syamsu Yusuf,
LN, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Remaja Rosdakarya, Bandung,
2000.
Undang-Undang
RI, No. 20, Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, Bab II Pasal 3,
2003.
Utami
Munandar, Pengembangan Kreatifitas Anak Berbakat, Rineka Cipta, Jakarta,
1999.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar