Senin, 02 Februari 2015

MAKALAH BIMBINGAN KONSELING DAN PERILAKU SISWA

BIMBINGAN KONSELING DAN PERILAKU SISWA

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

 Pendidikan merupakan hal yang sangat efektif untuk mengembangkan kemampuan serta mutu kehidupan dan martabat manusia. Hal tersebut selaras dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional di dalam Undang-Undang sistem Pendidikan Nasional (Undang-Undang RI, No. 20, Tahun 2003, 2003: Bab II Pasal 3). Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia yang seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan (Ketut Sukardi, 2001:  28).
Pendidikan merupakan institusi pembinaan anak didik yang memiliki latar belakang sosial budaya dan psikologis yang berbeda dalam mencapai maksud dan tujuan pendidikan. Banyak anak yang menghadapi masalah dan sekaligus mengganggu tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Masalah yang dihadapi sangat beraneka ragam, diantaranya, masalah pribadi, sosial, ekonomi, agama, dan moral serta belajar dan vokasional. Masalah-masalah tersebut seringkali menghambat kelancaran proses belajar dan perkembangan perilaku anak didik (Latipun, 2001: 181).
Pada masyarakat yang semakin maju, masalah penentuan identitas atau jati diri pada individu menjadi semakin rumit. Hal ini disebabkan oleh tuntutan masyarakat maju pada anggota-anggotanya menjadi lebih berat. Persyaratan untuk dapat diterima  menjadi anggota masyarakat bukan saja kematangan fisik, melainkan juga kematangan mental, psikologis, kultural, vokasional, intelektual dan religius. Kerumitan ini akan terus meningkat pada masyarakat sedang membangun sebab perubahan cepat yang terjadi pada masyarakat dan semakin derasnya arus globalisasi komunikasi, akan merupakan tantangan pula bagi individu atau peserta didik. Keadaan seperti inilah yang menuntut diadakannya bimbingan dan konseling di sekolah (Dewa Ketut Sukardi, 2000: 1).
Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dari pendidikan kita. Mengingat bahwa bimbingan dan konseling merupakan suatu kegiatan bantuan dan tuntunan yang diberikan kepada individu pada umumnya, dan siswa pada khususnya di sekolah dalam rangka meningkatkan mutunya. Hal ini sangat relevan jika dilihat dari perumusan bahwa pendidikan itu merupakan usaha sadar yang bertujuan untuk mengembangkan kepribadian dan potensi-potensinya (bakat, minat dan kemampuan). Kepribadian masyarakat menyangkut masalah perilaku atau sikap mental dan kemampuannya meliputi masalah akademik dan ketrampilan.
Lembaga pendidikan yang disebut Madrasah Tsanawiyah adalah madrasah dengan ciri khas agama Islam yang diselenggarakan oleh Departemen Agama. Di Madrasah Tsanawiyah diadakan bimbingan dan konseling untuk mencapai kesejahteraan siswa.
Dalam perkembangannya anak didik sebagai individu sedang dalam proses berkembang atau menjadi (become) yaitu berkembang ke arah kematangan atau kemandirian. Untuk mencapai kematangan tersebut, anak didik memerlukan bimbingan karena mereka masih memiliki pemahaman atau wawasan tentang dirinya dan lingkungannya juga pengalaman dalam menentukan arah kehidupannya. Disamping terdapat suatu keniscayaan bahwa proses perkembangan individu tidak berlangsung secara mulus atau steril dari masalah (Syamsu Yusuf, 2000: 209).
Perkembangan kemampuan siswa secara optimal untuk berkreasi, mandiri,  bertanggung jawab dan memecahkan masalah merupakan tanggung jawab yang besar dari kegiatan pendidikan. Oleh karena itu pemahaman potensi pribadi sangat penting untuk perkembangan siswa sebagai manusia yang utuh jasmani dan rohaninya, dapat hidup dan berkembang secara wajar dan normal. Di samping itu dalam perkembangannya siswa seringkali menghadapi masalah yang tidak mampu dipecahkan sendiri. Untuk membantu proses perkembangan  pribadi dan mengatasi masalah yang dihadapi seringkali siswa memerlukan bantuan profesional dan sekolah harus dapat menyediakan layanan profesional yang dimaksud dengan layanan bimbingan dan konseling (Prayitno dan Erma Nanti, 1999: 4).
Bimbingan merupakan bantuan khusus yang diberikan kepada anak didik dengan memperhatikan kemungkinan-kemungkinan dan kenyataan-kenyataan tentang adanya kesulitan yang dihadapinya dalam rangka perkembangan yang optimal, sehingga mereka dapat memahami diri dan bertindak serta bersikap sesuai dengan tuntutan dan keadaan  lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat.
Bimbingan dan konseling ini sebagai wadah untuk mengarahkan remaja untuk menjadi lebih baik dan kreatif. Pelayanan bimbingan merupakan bagian integral dari keseluruhan kegiatan sekolah dan telah dilaksanakan sejak kurikulum 1975, yang baru ialah bahwa dalam kurikulum pendidikan Dasar, landasan program dan pengembangan (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1993) secara eksplisit dinyatakan bahwa pelayanan bimbingan ini mencakup juga bimbingan bagi siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan yang luar biasa (Utami Munandar, 1999:  268).
Proses perkembangan itu tidak selalu berjalan dengan mulus atau searah dengan potensi, harapan, dan nilai-nilai yang dianut karena banyak faktor yang menghambatnya. Faktor penghambat yang bersifat eksternal yaitu berasal dari lingkungan yang kurang kondusif. Ini bisa menjadikan perilaku yang menyimpang pada remaja/anak didik. Iklim lingkungan yang tidak sehat ini, cenderung menimbulkan dampak yang kurang baik bagi perkembangan anak didik dan sangat mungkin akan mengalami kehidupan yang tidak nyaman stress dan depresi. Dalam kondisi yang seperti ini, banyak remaja atau anak didik yang merespon dengan sikap dan perilaku menyimpang dan bahkan amoral, seperti komunitalitas, meminum minuman keras, penyalah gunaan obat terlarang, tawuran dan pergaulan bebas (Syamsu Yusuf, 2000: 210).
Permasalahan yang dialami anak didik di sekolah seringkali tidak dapat dihindari, meski dengan pengajaran yang baik sekalipun. Hal ini terlebih lagi disebabkan karena sumber-sumber permasalahan siswa tidak hanya terletak di dalam sekolah. Apalagi misi sekolah adalah menyediakan pelayanan yang luas  secara efektif untuk membantu anak didik mencapai tujuan perkembangannya dan mengatasi permasalahannya, maka segenap kegiatan dan kemudahan yang diselenggarakan sekolah perlu diarahkan ke sana. Di sinilah dirasakan perlunya pelayanan bimbingan dan konseling di samping pengajaran. Dalam tugas pelayanan yang luas, bimbingan dan konseling di sekolah adalah pelayanan untuk semua siswa murid yang mengacu pada keseluruhan perkembangan anak didik.

B.     Perumusan Masalah

1.      Apa pengertian bimbingan dan konseling?
2.      Sebutkan  fungsi, tujuan dan asas-asas bimbingan dan konseling ?
3.      Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi bimbingan dan konseling?
4.      Sebutkan bidang dan jenis-jenis bimbingan konseling?

1. Pengertian Bimbingan dan Konseling
Dalam kehidupan manusia mempunyai berbagai masalah yang selalu membuatnya terpuruk dalam permasalahan. Ini disebabkan karena manusia sebagai mahluk sosial yang selalu ingin bergaul dengan siapa saja. Diantara mereka mempunyai kepribadian atau sifat yang berbeda, sehingga banyak permasalahan yang mempengaruhi kehidupannya.
Permasalahan yang terjadi menimpa pada semua kalangan, khususnya para remaja. semua permasalahan yang terjadi ini harus dipecahkan. Kalau tidak segera dipecahkan masalah-masalah tersebut dapat menghambat kelancaran proses belajar dan perkembangan anak didik meskipun masalah yang dihadapi tidak ada kaitannya dengan kegiatan akademik dalam penyelenggaraan pendidikan, khususnya bagi tenaga pendidikan. Selain itu pengaruh pelaksanaan bimbingan dan konseling adalah sebagai pembinaan perilaku anak didik sehingga berhasil sebagaimana diharapkan dalam perkembangannya.
Pengertian Bimbingan
Bimbingan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah petunjuk (penjelasan) cara mengerjakan sesuatu tuntunan pimpinan (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994: 133).
 Sedang berdasarkan pasal 27 Peraturan Pemerintah No. 29/1990, bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan (Dewa Ketut Sukardi,  2000: 18).
Menurut Rahman Natawidjaya (1978) bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sendiri sehingga ia sanggup mengarahkan dirinya dan bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah., keluarga, dan masyarakat serta kehidupan pada umumnya. Dengan demikian, dia akan dapat menikmati kebahagiaan kehidupan masyarakat pada umumnya. Bimbingan membantu individu mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai makhluk sosial (Dewa Ketut Sukardi, 2000: 19).
Sedangkan pakar yang lain menyatakan bahwa bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu baik anak-anak, remaja maupun dewasa, agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat di kembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Dari beberapa pengertian bimbingan yang dikemukakan oleh para ahli itu, maka bimbingan merupakan :
Suatu proses yang berkesinambungan
Memberikan bantuan kepada individu
Bantuan yang diberikan itu dimaksudkan agar individu yang dapat memahami keadaan dirinya dan mampu mengembangkan dirinya secara optimal sesuai dengan kemampuan dan potensinya
Kegiatan yang bertujuan utama memberikan bantuan agar individu dapat memahami keadaan dirinya dan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya
Pengertian Konseling
Konseling berasal dari kata counsel yang diambil dari bahasa latin yaitu consilium yang artinya “bersama”  atau “bicara bersama”. Pengertian berbicara bersama, dalam hal ini adalah pembicaraan konselor (counselor) dengan seseorang atau beberapa klien (counselee) (Priyatno dan Erma Nanti,1999: 99).
    Atau dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, konseling adalah pemberian bimbingan oleh yang ahli pada seseorang dengan menggunakan pendekatan psikologis atau proses pemberian bantuan oleh konselor kepada konsele sedemikian rupa sehingga pemahan terhadap kemampuan diri sendiri meningkat dalam memcahkan berbagai masalah  (Departermen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994: 519).
.
Menurut Edwin C. Lewis (1970) konseling adalah suatu proses dimana orang yang bermasalah (klien) dibantu secara pribadi untuk merasa dan berperilaku yang lebih memuaskan melalui interaksi dengan seseorang yang tidak terlibat (konselor) yang menyediakan informasi dan reaksi-reaksi yang merangsang klien untuk mengembangkan perilaku-perilaku yang memungkinkannya berhubungan secara lebih efektif dengan diri dan lingkungannya (M. Hamdani Bakran Adz-Dzaki, 2002: 179).
Sedangkan pakar yang lain menyetakan bahwa konseling adalah suatu upaya bantuan yang diberikan kepada konsele supaya dia memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri sendiri. Untuk dimanfaatkan olehnya dalam memperbaiki tingkah lakunya pada masa yang akan datang.
Dari beberapa pengertian konseling yang dikemukakan para ahli itu, maka konseling merupakan :
Konseling merupakan proses interaksi antara dua orang individu, masing-masing disebut konselor dan klien.
Dalam proses pemberian bantuan.
Dilakukan dalam suasana profesional.
Berfungsi dan bertujuan sebagai alat (wadah) untuk memudahkan perubahan tingkah laku klien.
2.   Fungsi, Tujuan dan Asas-asas Bimbingan dan Konseling
Fungsi Bimbingan dan Konseling
Fungsi bimbingan dan konseling ditinjau dari kegunaan atau manfaat ataupun keuntungan-keuntungan apa yang diperoleh melalui pelayanan tersebut. Adapun layanan tersebut adalah sebagai berikut :
1)   Pencegahan (preventif)
      Layanan bimbingan dapat berfungsi pencegahan artinya merupakan usaha pencegahan terhadap timbulnya masalah. Dalam fungsi pencegahan ini layanan yang diberikan berupa bantuan bagi para siswa agar terhindar dari berbagai masalah yang dapat menghambat perkembangannya. Kegiatan yang berfungsi pencegahan dapat berupa program orientasi, program bimbingan karier, inventarisasi data dan sebagainya.
2)      Fungsi Pemahaman
Fungsi pemahaman yang dimaksud adalah fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan keperluan pengembangan siswa, pemahaman ini mencakup :
a)      Pemahaman tentang diri siswa, terutama oleh siswa sendiri, orang tua, guru dan guru pembimbing.
b)      Pemahaman tentang lingkungan siswa (termasuk di dalamnya lingkungan keluarga dan sekolah) terutama oleh siswa sendiri, orang tua, guru dan guru pembimbing..
c)      Pemahaman tentang lingkungan yang lebih luas (termasuk di dalamnya informasi pendidikan, jabatan/ pekerjaan dan karier dan informasi budaya/ nilai-nilai) terutama oleh siswa.
3)      Fungsi Perbaikan
Walaupun fungsi pencegahan dan pemahaman telah dilaksanakan, namun mungkin saja siswa masih menghadapi masalah-masalah tertentu. Disinilah fungsi perbaikan itu berperan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan mengahasilkan terpecahnya atau teratasinya berbagao permasalahan yang dialami siswa.
4)   Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan
Fungsi ini berarti bahwa layanan bimbingan dan konseling yang diberikan dapat membantu para siswa dalam memelihara dan mengembangkan keseluruhan pribadinya secra mantab, terarah dan berkelanjutan. Dalam fungsi ini hal-hal yang dipandang positif dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan.
Tujuan Bimbingan dan Konseling
Tujuan umum dari layanan bimbingan dan konseling adalah sesuai dengan tujuan pendidikan. Sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) tahun 1989 (UU No. 2/1989) yaitu terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya yang cerdas, yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan. Sedang tujuan yang lain adalah sebagai berikut :
1) Untuk membantu individu membuat pilihan-pilihan, penyesuaian-penyesuaian dan integrasi-integrasi dalam hubungannya dengan situasi-situasi tertentu (Hamrin dan Clifford, dalam Jones, 1951).
      2)   Untuk memperkuat fungsi-fungsi pendidikan (Bradshow, dalam Mc Daniel, 1956).
3)   Untuk membantu orang-orang menjadi insan yang berguna, tidak hanya sekedar mengikuti kegiatan-kegiatan yang berguna saja (Ticdeman, dalam Bernard dan Fullmer, 1969) (Priyatno dan Erma Nanti, 1999: 112).
Secara khusus layanan bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu siswa agar dapat mencapai tujuan-tujuan perkembangan meliputi aspek pribadi-sosial, belajar dan karier. Bimbingan pribadi-sosial dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan tugas perkembangan pribadi-sosial dalam mewujudkan pribadi yang taqwa, mandiri dan bertanggung jawab. Bmbingan belajar dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan tugas perkembangan pendidikan. Bimbingan karier dimaksudkan untuk mewujudkan pribadi pekerja yang produktif.
Asas-asas Bimbingan dan Konseling
Dalam penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling di sekolah hendaknya selalu mengacu pada asas-asas bimbingan dan konseling. Menurut Prayitno ada 12 (dua belas) asas yang harus menjadi dasar pertimbangan dalam dalam kegiatan bimbingan dan konseling. Asas-asas bimbingan dan konseling diantaranya adalah sebagai berikut :
1)   Asas Kerahasiaan
      Asas kerahasiaan merupakan asas kunci dalam upaya bimbingan dan konseling, karena masalah klien harus dijaga kerahasiaannya secara penuh agar menimbulkan rasa aman dalam diri klien dan akan menghilangkan rasa khawatir klien terhadap adanya keinginan konselor/ guru pembimbing untuk menyalahgunakan rahasia dan kepercayaan yang telah diberikan kepadanya, sehingga merugikan klien.
2)      Asas Kesukarelaan
Layanan bimbingan dan konseling bukan merupakan suatu paksaan, maka dalam bimbingan dan konseling diperlukan adanya kerjasama yang demokratis antara konselor dengan kliennya. Kerjasama akan terjalin bilamana klien dapat dengan sukarela menceritakan serta menjelaskan masalah yang dialaminya kepada konselor.
3)      Asas Keterbukaan
Bimbingan dan konseling yang efesien hanya berlangsung dalam suasana keterbukaan. Dalam bimbingan dan konseling yang bersangkutan harus harus bersedia membuka diri untuk kepentingan pemecahan masalah yang dimaksud.
4)   Asas Kekinian
      Masalah klien langsung ditanggulangi melalui upaya bimbingan dan konseling ialah masalah-masalah yang sedang dirasakan kini.
Asas Kemandirian
Dalam memberikan layanan hendaknya para petugas selalu berusaha menghidupkan kemandirian pada diri klien, janganlah klien menjadi tergantung orang lain khususnya pembimbing.
Asas Kedinamisan
Usahan pelayanan bimbingan dan konseling menghendaki terjadinya perubahan pada diri klien yaitu perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik. Perubahan itu selalu menuju kesuatu pembaharuan, sesuatu yang lebih maju, dinamis sesuai dengan arah perkembangan klien yang dikehendaki.
Asas Kegiatan
Usaha bimbingan dan konseling tidak akan memberikan hasil yang berarti bila klien tidak melakukan sendiri kegiatan dalam mencapai tujuan bimbingan dan konseling. Hasil usaha bimbingan dan konseling tidak akan tercapai dengan sendirinya, melainkan harus kerja giat dari klien sendiri.
Asas Keterpaduan
Pelayanan bimbingan dan konseling berusaha memadukan berbagai aspek kepribadian klien, karena individu yang dibimbing itu memiliki berbagai segi kalau keadaannya tidak serasi dan terpadu akan justru menimbulkan masalah. Di samping keterpaduan pada diri individu yang dibimbing, juga diperhatikan keterpaduan isi dan proses layanan yang diberikan.
Asas Kenormatifan
Usaha bimbingan dan konseling tidak boleh bertentangan dengan norma-norma yang berlaku, baik ditinjau dari norma agama, norma adat, norma hukum, norma ilmu maupun kebiasaan sehari-hari. Asas kenormatifan ini diterapkan terhadap isi maupun proses penyelenggaraan bimbingan dan konseling. Seluruh isi layanan harus sesuai dengan norma-norma yang ada. Demikian juga prosedur, teknik dan peralatan yang dipakai tidak menyimpang dari norma yang dimaksudkan.
Asas Keahlian
Usaha bimbingan dan konseling perlu dilakukan secara teratur, sistematik dan dengan mempergunakan teknik serta alat yang memadai. Untuk itu para petugas perlu mendapatkan latihan yang memadai, sehingga dengan itu akan dicapai keberhasilan usaha pemberian layanan.
Asas Alih Tangan
Asas ini mengisyaratkan bahwa bila seorang petugas bimbingan dan konseling sudah mengarahkan segenap kemampuannya untuk membantu klien, namun belum dapat terbantu sebagaimana diharapkan, maka petugas itu mengalih tangankan klien tersebut kepada petugas atau badan lain yang lebih ahli. Disamping itu asas ini juga menasehatkan agar petugas bimbingan dan konseling hanya menangani masalah-masalah klien sesuai dengan kewenangan petugas yang bersangkutan. Setiap masalah hendaknya ditangani oleh ahli yang berwenang.
Asas Tut Wuri Handayani
Asas ini menunjukkan pada suasana umum yang hendaknya tercipta dalam rangka hubungan keseluruhan antara konseler dan klien. Lebih-lebih di lingkungan sekolah, asas ini makin dirasakan keperluannya dan bahkan perlu dilengkapi dengan “Ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso”. Asas ini menuntut agar pelayanan bimbingan dan konseling tidak hanya dirasakan pada waktu klien mengalami masalah dan menghadap konselor saja, namun di luar hubungan proses bantuan bimbingan dan konselingpun hendaknya dirasakan adanya dan manfaatkan pelayanan bimbingan dan konseling itu (M. Arifin dan Etty Kartikawati, 1998: 51).
3. Faktor yang Mempengaruhi Adanya Bimbingan dan Konseling
Faktor Perkembangan Pendidikan
Faktor perkembangan dan pendidikan ditemukan pada kenyataan-kenyataan yang menunjukkan perlunya layanan bimbingan dan konseling dalam pendidikan.
Demokratisasi pendidikan.
Perubahan sistem pendidikan.
Perluasan program pendidikan.
Faktor Sosio Kultural
Faktor sosio kultural, timbul semacam kesadaran tentang kemungkinan besarnya pengaruh perubahan-perubahan dan masalah-masalah yang timbul sebagai akibat dari perkemangan zaman dan kemajuan masyarakat terhadap produk suatu lembaga pendidikan. Perkembangan zaman banyak menimbulkan perubahan dan kemajuan dalam berbagai segi kehidupan masyarakat. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga  dipandang telah menimbulkan perubahan dalam berbagai segi kehidupan, seperti segi sosial, ekonomi, politik dan sebagainya.
Faktor Psikologis
Ditinjau dari segi psikologis, sebenarnya peserta didik adalah pribadi yang sedang berkembang menuju kemasa kedewasaannya. Proses perkembangan itu dipengaruhi oleh pembawaan dan pematangan, sedangkan dari luar dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Perkembangan dapat berhasil dengan baik jika kedua faktor tersebut saling melengkapi. Untuk mencapai perkembangan yang baik dan optimal harus ada asuhan terarah (Hallen A, 2002: 31).

4. Bidang dan Jenis-jenis Bimbingan dan Konseling
Bidang Bimbingan dan Konseling
Bidang bimbingan dan konseling mencakup seluruh upaya bantuan yang meliputi :
Bidang Bimbingan Pribadi-Sosial
Dalam bimbingan pribadi, membantu siswa menemukan dan mengembangkan pribadi yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mantap dan mandiri serta serta sehat jasmani dan rohani. Dalam bidang bimbingan dan sosial membantu siswa mengenal dan berhubungan lingkungan sosial yang dilandasi budi pekerti luhur, tanggung jawab kemasyarakatan dan kenegaraan.
Bidang Bimbingan Belajar
Dalam bidang bimbingan belajar, membantu siswa mengembangkan diri, sikap dan kebiasaan belajar yang baik untuk menguasai pengetahuan dan ketrampilan serta menyiapkannya melanjutkan pendidikan pada tingkat yang lebih tinggi.
Bidang Bimbingan Karier
Dalam bidang pendidikan karier, membantu siswa merencanakan dan mengembangkan masa depan karier (Dewa Ketut Sukardi, 2000:  41).
Jenis-jenis Layanan Bimbingan dan Konseling
Layanan Orientasi
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik dan pihak-pihak lain yang dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap peserta didik untuk memahami lingkungan yang baru dimasuki peserta didik, untuk mempermudah dan memperlancar berperannya peserta didik dilingkungan yang baru ini.
Layanan Informasi
Yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan peserta didik dan pihak-pihak lain yang dapat memberikan pengaruh yang besar kepada peserta didik untuk menerima dan memahami informasi yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan danpengambilan keputusan sehari-hari sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat.
Layanan Penempatan dan Penyaluran
Yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan peserta didik memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat sesuai dengan potensi, bakat dan minat serta kondisi pribadi.
Layanan Bimbingan Belajar
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik mengembangkan diri berkenaan dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, materi belajar yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya, serta berbagai aspek tujun dan kegiatan belajar lainnya, sesuai dengan perkembangan ilmu, teknologi dan kesesuaian.
Layanan Konseling Perorangan
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkin peserta didik mendapatkan layanan langsung secara tatap muka dengan guru pembimbing/ konselor dalam rangka pembahasan dan pengentasan permasalahannya.
Layanan Bimbingan Kelompok
Yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari nara sumber tertentu yang berguna untuk menunjang kehidupannya sehari-hari baik sebagai individu maupun pelajar, anggota keluarga dan masyarakat serta untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
Layanan Konseling Kelompok
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok (Dewa Ketut Sukardi, 2000: 45).

 



C.     Kesimpulan

Jadi, dari pembahasan tersebut dapat di simpulkan bahwa pendidikan merupakan institusi pembinaan anak didik yang memiliki latar belakang sosial budaya dan psikologis yang berbeda dalam mencapai maksud dan tujuan pendidikan. Banyak anak yang menghadapi masalah dan sekaligus mengganggu tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Masalah yang dihadapi sangat beraneka ragam, diantaranya, masalah pribadi, sosial, ekonomi, agama, dan moral serta belajar dan vokasional. Masalah-masalah tersebut seringkali menghambat kelancaran proses belajar dan perkembangan perilaku anak didik.
Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dari pendidikan kita. Mengingat bahwa bimbingan dan konseling merupakan suatu kegiatan bantuan dan tuntunan yang diberikan kepada individu pada umumnya, dan siswa pada khususnya di sekolah dalam rangka meningkatkan mutunya. Hal ini sangat relevan jika dilihat dari perumusan bahwa pendidikan itu merupakan usaha sadar yang bertujuan untuk mengembangkan kepribadian dan potensi-potensinya (bakat, minat dan kemampuan). Kepribadian masyarakat menyangkut masalah perilaku atau sikap mental dan kemampuannya meliputi masalah akademik dan ketrampilan.

D.    Penutup

Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas rahmatnya, serta pertolongan-Nya lah maka penulisan makalah ini dapat terselesaikan.
Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulisan makalah ini dari tahap awal sampai selesai, dimana banyak sumbangan pemikiran yang penulis terima, baik itu dalam bentuk diskusi, informasi, buku maupun dalam bentuk yang lain.
Sungguhpun demikian, penulis menyadari betul akan keterbatasan kemampuan yang ada pada penulis, maka sudah tentu ada beberapa hal yang menjadi titik lemah. Maka dari itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari siapa saja guna perbaikan isi makalah ini.
Akhirnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Amin.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1994.
Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Rineka Cipta, Jakarta, 2000.
Hallen A, Bimbingan dan Konseling, Ciputat Pers, Jakarta, 2002.
Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Rineka Cipta, Jakarta, 2001.
Latipun, Psikologi Koseling, Universitas Muhammadiyah Malang, 2001.
M. Arifin dan Etty Kartikawati, Modul Melalui Pokok Bimbingan dan Konseling, Muhammad Zuhaili, Pentingnya Pendidikan Islam Sejak Dini, Ba’adillah Press, Jakarta, 2002.
M. Hamdani Bakran Adz-Dzaki, Konseling dan Psikoterapi Islam, Fajar Pustaka Baru, Yogyakarta, 2002.
Prayitno dan Erma Nanti, Dasar-dasar Bimbingan dan Koseling, Rineka Cipta, Jakarta, 1999. 
Syamsu Yusuf, LN, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000.
Undang-Undang RI, No. 20, Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, Bab II Pasal 3, 2003.

Utami Munandar, Pengembangan Kreatifitas Anak Berbakat, Rineka Cipta, Jakarta, 1999.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar